Aslinya Pacaran Bilangnya Ta'arufan
*Oleh: Jazuli Abubakar*
Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari saling membutuhkan satu sama lain. Termasuk salah satu hal yang didambakan manusia adalah hidup berdampingan dan saling menjaga satu sama lain.
Manusia yang normal tentu saja memiliki ketertarikan dengan lawan jenis. Dan ini tidaklah dilarang dalam agama, bahkan Islam memerintahkan kita untuk saling mencintai, bukan malah saling bermusuhan.
Namun seringkali dengan dalih cinta mereka remaja sekarang telah salah kaprah dan kelewatan batas dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis yang mereka istilahkan dengan pacaran.
Apakah dengan panggilan “Abi Ummi” dapat mengubah status pacaran dari haram menjadi Islami? Tentu saja tidak. Taik kucing meskipun dibungkus dan dibubuhkan label halal tetap saja tidak mengubah keharamannya, begitupun dengan konteks pacaran.
Bagaimana juga konsep dalam islam agar cinta yang telah tumbuh dan mekar menjadi anugerah bagi kita?
Allah Swt berfirman:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
Artinya: Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari seorang pria dan seorang wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal (li-ta'arofu) ..." (QS. al-Hujurat: 13).
Islam memberikan dispensasi bagi siapa saja yang ingin menikah dengan wanita idamannya dengan menjalin hubungan “taarruf” yang Insyaallah mejadikan hubungan kita ke depan lebih indah dan mendapat ridha dari Allah Swt.
Taaruf dapat diartikan sebagai upaya mengenal seseorang untuk mengetahui kepribadiannya seperti karakter, ilum, harta, keturunan, dan kecantikannya, bukan malah ajang perkenalan satu sama lain. Ini perlu kita tekankan agar tidak salah memahami esensi taarruf itu. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui calon pasangan kita jika tidak melalui proses perkenalan?
Ada banyak cara mengenai hal ini, salah satu caranya adalah dengan menyuruh adik atau kakak kita melihat kepribadian dan tingkah laku pasangan kita dalam sehari-hari, bukan dengan cara menanyakan langsung kepada calon pasangan. Mengapa demikian karena jika kita menanyakan langsung kepadanya tentulah dia akan memberi jawaban yang paling baik dan tentu saja tidak akan dinampakkan pada kita kejelekannya sedikitpun.
Maka dari hal tersebut tentu saja sangat tidak elok jika mempelai pria langsung menjalin akad taaruf dengan si wanita.
Karena sering kita dengar bahwa chatingan di media sosial yang tujuannya untuk melangkah lebih maju menuju kejenjang pernikahan mereka sebut itu taarruf. Padahal sejatinya mereka telah mengebirikan makna taarruf itu sendiri.
Sangat tidak benar dalam agama ketika seorang pria mengirim pesan langsung ke wanita untuk menikahinya. Perbuatan yang demikian sungguh adalah perbuatan yang rendahan sekaligus merendahkan martabat wanita yang tinggi.
Maka bagaimana sikap kita sebagai wanita ketika ada pria yang langsung mengutarakan cintanya lewat media sosial? Sikap kita adalah jangan menggubris dan membalas chatnya. Karena sikap silelaki itu adalah sikap yang sangat tidak layak dan sangat tidak gentleman.
Nikah dalam pandangan islam bukan hanya berkisar pada melepaskan hasrat nafsu belaka, akan tetapi lebih dari itu. Nikah merupakan perbuatan yang sangat sakral dan paling menetukan kebahagiaan kita di kemudian hari.
Kehati-hatian kita dalam memilih pasangan mentukan kebahagiaan kita dihari yang akan datang. Ketika nikah adalah perbuatan yang sangat urgent maka proses menuju kesana tentu harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh hanya mengandalkan rasa cinta kepadanya, namun juga harus kita perhatikan karakter dan kepribadiannya, apakah memang sejalan dengan kehidupan kita atau malah saling bertolak belakang.
Islam sangat tidak menganjurkan pacaran appun latar belakangnya. Apalagi sampai berpacaran dengan kedok islami. Seperti yang kita lihat fakta dilapangan banyak muda mudi yang berpacaran islami, ini sih kata,mereka, yang diawali dengan modus ucapan Assaalamualaikum dan diakhiri dengan mengingatkan jangan lupa sholat tepat waktu.
Itu semua bulshit (omong kosong)
ketika pasangan telah melalui proses taaruf yang sebenarnya, maka tahapann selanjutnya adalah khitbah atau biasa kita sebut tunangan dan setelah itu baru proses akad pernikahan.
Maka dari itu pilihlah pasangan yang benar-benar mampu menjaga kehormatan kita, yang bukan hanya mampu menmberi kenyamanan semu dengan rayuan gombal belaka.
Untuk kita para pemuda-pemudi yang ingin berencana untuk menikah perhatikanlah konsep taaruf ini dengan baik, kalian harus mengetahui bagaimana perbedaan pacaran, LDR, dan Taarruf itu sendiri.
Di era liberalisme yang kian hari semakin mengikis moral manusia, memilih pasaangan ideal melalaui prosedur yang telah digariskan agama harus menjadi prioritas kita bersama, karena sebagus apapun fisik dan karakter calon pasangan kita jika tidak memiliki landasan agama yang baik malah hanya akan menjadi boomerang yang akan menyerang kita.
Akhir kata penulis ingin menyampaikan sebuah kalimat yang tertera dalam kitab Mausuah Fiqhiyyah juz 36 hal 186
أَنَّ الْمَحَبَّةَ مِنَ الأُمُورِ الْقَلْبِيَّةِ الَّتِي لَيْسَ لِلإِنْسَانِ فِيهَا خِيَارٌ وَلا قُدْرَةٌ لَهُ عَلَى التَّحَكُّمِ فِيهَا
Artinya: Cinta adalah perkara hati dimana manusia tidak dapat memilih untuk siapa ia berikan cinta dan tidak mampu untuk mengatur dan menguasainya.
editor: Muhammad Yanis zf
Diskusi