Meninggalkan Tuhan

 


NGAJIKUY.ID | Manusia sebagai khalifah yang Allah ciptakan di muka bumi, tentu bakal Allah uji ketaqwaan dan kesabarannya dalam menjalani kehidupan. Ujian dan cobaan ada kalanya adalah bentuk kasih sayang Allah kepada Umat-Nya. Hal inilah yang patut dipahami oleh setiap manusia yang beriman. Bahwa cobaan kadang dapat meninggikan posisi dan derajat manusia di sisi Allah. Sehingga semakin tinggi kualitas keimanan seorang hamba, maka  semakin besar pula cobaan yang dihadapinya.


Dari Anas bin Malik, Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “ Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. “ (HR. Tirmdzi).


Maka dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap Allah memberikan ujian dan cobaan kepada manusia tentu memiliki hikmah yang cukup besar bagi manusia. Hanya saja kita sebagai manusia dengan segala keterbatasan yang kita miliki, kadang tidak sanggup bersabar dan akhirnya menyerah dalam ujian tersebut.


Sudah berlansung beberapa bulan, dunia digemparkan oleh 2019 Novel Coronavirus atau Virus Corona yang diawali dengan merenggut banyak nyawa di Negara Tirai Bambu.  Virus Corona atau 2019 Novel Coronavirus adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Virus ini bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia, akut, sampai kematian.


Dalam musibah yang terjadi tersebut, awalnya terdapat banyak isu di masyarakat bahwa salah satu faktor mewabahnya virus ini adalah kebiasaan penduduk Wuhan yang mengkonsumsi kelalawar. Dalam sebuah pernyataan, para peniliti menyebutkan:  “Host (inang) alami corona virus Wuhan bisa jadi adalah kelalawar, tetapi antara manusia dan kelalawar mungkin saja ada perantara yang tidak diketahui.” Ular dan kelalawar dianggap jadi penyebab utama penyebaran virus corona di China.


Dalam Islam sendiri sudah jelas menerangkan keharaman hukum memakan binatang yang bercakar dan memiliki taring. Menurut mazhab Syafi’i dan Hanbali, alasan diharamkan memakan binatang yang bertaring dan bercakar yaitu karena termasuk dalam binatang yang menjijikkan dan buruk.


Kita sebagai muslim sejati harus bisa mengambil hikmah dari musibah yang melanda penduduk dunia saat ini, bukan hanya melihat dari sisi menderitanya seluruh sektor masyarakat, bahwa tidak ada yang bersifat abadi. Kesehatan dalam sekejap mata bisa Allah ganti dengan rasa sakit. Tentu bersyukur atas nikmat sehat adalah kewajiban kita kepada Tuhan. Kemudian selebihnya yaitu menentukan bagaimana sikap kita sebagai seorang muslim bila penyakit tersebut melanda kita.


Tentu kalau kita bandingkan dengan menilik dan mengingat sejarah dan masa lalu, misalnya kala bencana Tsunami meluluh lantakkan Aceh pada tahun 2004, bagaimana sikap masyarakat pada saat itu sepakat taubat massal dan kembali kepada Allah. 


Hari-hari setelah Tsunami kita menyaksikan masjid-masjid penuh, pesantren penuh, mushollah penuh, semua tempat ibadah dipenuhi oleh masyarakat yang ketakutan dan trauma bakal kembalinya gelombang tsunami tersebut. Bahkan bukan hanya orang islam yang memenuhi masjid pada hari itu, penganut agama juga ikut-ikutan menaiki tangga-tangga tersebut.


Namun kalau kita melihat realita yang terjadi hari ini, seolah masyarakat telah melupakan taubatnya kepada Allah pada hari itu. Akhlak dan perilaku mereka yang waktu hari musibah tersebut telah mencerminkan islam, sekarang telah berubah menjadi seperti sedetik sebelum kejadian itu. Yang berubah selamanya cuma kehilangan mereka kepada sanak famili, namun akhlaknya hanya berubah dan menjadis sesaat.


Mungkin hanya musibah yang bisa menyadarkan hati-hati yang telah hitam dan keras, hanya cobaan yang bisa membuat kita kembali dan bermunajat kepada Allah, tetapi setelah semuanya berlalu manusia akan perlahan, satu demi satu meninggalkan-Nya. 


Inilah salah satu bentuk kegagalan akhlak, kita hanya mengingat Tuhan ketika diberikan cobaan. Kita lupa bahwa dalam kondisi bahagia, berkewajiban untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan. Semoga kita termasuk hamba yang penuh syukur dikala senang dan sedih.


Semoga musibah ini cepat berlalu dan bumi segera pulih dari luka yang membuatnya derita.


Oleh : Muhammad Huzaifi

Diskusi