Buku Terjemah Mengenal Ilmu Bayan, Solusi Memahami Syarh Tuhfah al-Ikhwan bagi Para Santri
NGAJIKUY.ID | Ilmu Balaghah adalah disiplin ilmu yang tergolong sulit. Buktinya di beberapa pesantren fan ini baru dipelajari pada tahun ketiga pendidikan. Bahkan ada pada tahun keempat. Sebagai bukti lainnya juga, ketika telah mulai belajar Balaghah, biasanya para santri khususnya di Aceh, mereka menambah waktu belajar pribadi secara khusus atau sering disebut belajar private agar lebih memahami ilmu ini, tidak cukup sekadar belajar di kelas saja.
Kitab yang dipelajari oleh pelajar pertama ilmu Balaghah biasanya adalah Syarh Tuhfat al-Ikhwan karangan ulama besar mazhab Maliki, Syeikh Ahmad Dardir. Kitab awal yang membahas dasar-dasar ilmu Bayan yang menjadi cabangan ilmu Balaghah pula.
Jika dilihat dari bentuknya, kitab ini memang tergolong kecil yang berisikan beberapa halaman saja. Kendati kecil, untuk memahaminya amat sulit dan rumit bagi para santri, lebih lagi bagi pelajar pemula ilmu balaghah, yang sebelumnya belum pernah menyelami khazanah keilmuan ini.
Maka, muncul inisiatif dari guru kita, Tgk. Musryidi Abdurrahman untuk memudahkan memahami kitab ini dengan menerjemahkannya ke bahasa Indonesia dengan sajian yang lebih ringan dan sederhana dalam bentuk sebuah buku. Buku tersebut beliau beri judul, “Mengenal Ilmu Bayan, Terjemah dan Penjelasan Syarh Tuhfat al-Ikhwan.”
Selain terjemahannya, beliau juga menuliskan redaksi kitab ini langsung yang telah ditashih dan tahqiq beberapa kekeliruan yang biasanya terdapat pada kitab yang tersebar di kalangan para santri. Di samping itu, seiring dengan terjemahan pada setiap pembahasan, terdapat catatan kaki berupa penjelasan ringan dan sederhana untuk lebih memudahkan mengkaji kitab ini, yang mana penjelasan tersebut beliau kutip dari beberapa hasyiah dan taqrirat terhadap kitab ini.
Jadi, dengan membaca buku ini seolah kita telah membaca kitab Tuhfatul Ikhwan dengan syarahannya beserta beberapa hasyiah dan taqrirat sekaligus, bahkan di antaranya ada yang tidak masyhur di kalangan santri, padahal sangat penting untuk dipahami. Dalam menerjemahkan, penerjemah menggunakan pilihan kata dan frasa-frasa yang familiar di kalangan pesantren dengan banyaknya ditemukan transliterasi langsung Arab-Latin, tanpa mengalihkan ke bahasa modern dengan istilah-istilah yang justru membuat semakin sulit dipahami, karena memang yang mejadi sasaran dasar buku ini adalah para santri.
Maka, kita harus bersyukur sedalam-dalamnya kepada Allah Swt atas hadirnya buku ini, karena dengan kehadirannya, masalah dahulu yang berupa kesulitan memahami kitab ini setidaknya sedikit teratasi. Wassalam. (Redaksi).
Diskusi